OPTIMALISASI BONUS DEMOGRAFI MENJADI PELUANG MEMBANGUN INDUSTRI PERTAHANAN NKRI
- 4 October 2024
- Posted by: Ario Azhar
- Categories: Innovation, IPKI, News, Social


OPTIMALISASI BONUS DEMOGRAFI MENJADI PELUANG MEMBANGUN INDUSTRI PERTAHANAN NKRI
5 Oktober 2024
Pada tanggal 5 Oktober 2024, Tentara Nasional Indonesia (TNI) merayakan hari jadinya yang ke-79, di tengah dinamika geopolitik kawasan dan tantangan pertahanan yang semakin kompleks. Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, menghadapi tantangan yang tidak hanya berasal dari luar, namun juga dari dalam negeri. Persoalan keamanan di Laut Natuna Utara, ketegangan di kawasan Indo-Pasifik, serta ancaman non-tradisional seperti bencana alam dan serangan siber menjadi ujian bagi kemampuan pertahanan nasional.
Di tengah upaya modernisasi alutsista yang berjalan, TNI terus bertransformasi untuk meningkatkan kapabilitasnya demi menjaga kedaulatan dan keamanan negara. Proyeksi ke depan menempatkan peningkatan teknologi dan sumber daya manusia sebagai kunci bagi kekuatan TNI yang adaptif terhadap tantangan era digital. Dengan pergeseran fokus ke peningkatan pertahanan maritim, penguatan kerja sama internasional, serta pengembangan teknologi militer berbasis kecerdasan buatan, TNI diharapkan mampu menjawab tantangan pertahanan masa depan yang semakin tak terduga. Hari TNI ini bukan sekadar perayaan, tetapi menjadi momen refleksi untuk mengevaluasi kesiapan pertahanan nasional demi memastikan keamanan bangsa di era yang penuh ketidakpastian.

Di usia yang sama dengan kemerdekaan Republik Indonesia, negara ini tengah menikmati bonus demografi, yang menjadi berkah bagi berbagai sektor. Dengan populasi muda yang besar dan tingkat kompetensi pengetahuan yang tinggi, Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan berbagai bidang. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, sebanyak 70,66% penduduk Indonesia berusia 15-64 tahun, adalah yang termasuk kategori usia produktif. Bonus demografi ini memberikan manfaat signifikan bagi Indonesia, terutama dalam menghadapi isu-isu geopolitik dan strategis. Globalisasi telah menjadikan dunia tanpa batas, sehingga partisipasi Indonesia sebagai warga global dalam kancah strategis dunia menjadi hal yang perlu kita perhatikan secara serius.
Dalam dinamika geopolitik lintas batas, partisipasi Global Citizenship dapat diwujudkan melalui sektor industri pertahanan. Industri ini, yang biasanya bersifat eksklusif dan terpisah dari partisipasi demokratis warga, kini harus melihat potensi besar generasi muda dalam berkontribusi pada pertumbuhan sektor tersebut serta meningkatkan kapasitasnya dalam menghadapi isu-isu geopolitik dan strategis. Dengan demikian, industri pertahanan dapat menjadi lebih inklusif dan terbuka bagi partisipasi warga negara, sehingga memperkuat kemampuan pertahanan dan keamanan nasional.
Dalam rangka HUT TNI ke-79, saya merasa bangga dan berterima kasih kepada setiap insan prajurit Bangsa Indonesia yang telah memberikan darma bakti dan dedikasi sesuai dengan nilai-nilai sapta marga dan sumpah setia prajurit Indonesia. Perhelatan akbar yang dipusatkan di jantung kota Jakarta, menjadi peluang untuk masyarakat, khususnya generasi muda penerus bangsa, untuk dapat menyaksikan dan memupuk naluri bela negara, bahwa rasa patriotisme perlu dibangun, dibimbing dan diduplikasi secara eksponensial, guna mewujudkan inklusifnya dalam menggali kemampuan dan potensi para pengisi bonus demografi.
Melihat sebuah postur pertahanan suatu negara, salah satunya dapat tercermin dari perkembangan industri pertahanan yang ada di setiap negara itu sendiri. Transformasi industri pertahanan Indonesia, sangat perlu melakukan re-evaluasi dengan memastikan tingkat capaian produksi dalam negeri dapat memenuhi kebutuhan pertahanan Indonesia. Paradigma dalam melihat peluang mendatang, terkait ancaman tantangan, gangguan dan hambatan negara, tidak hanya sekedar dalam wujud kajian tanpa harmonisasi potensi kekinian.
Para generasi pengisi bonus demografi, yang telah dibangunkan naluri kesiapan bela negara dan mindset pertahanan negara dari efek maraknya teknologi di setiap genggaman tangannya, dapat diberikan stimulasi nyata bahwa beragam peran aktif dalam berkontribusi untuk pertahanan dan ketahanan, tidak selalu dari sisi kombatan. Dengan mempromosikan ketahanan pangan yang berkelanjutan dan berkualitas, merupakan satu cara. Adapun semangat dan kompetensi para generasi muda Indonesia, juga dapat di-integrasikan dengan prinsip-prinsip lingkungan yang berkelanjutan, energi terbarukan, dan teknologi tepat guna dalam industri pertahanan.
Pada aspek lingkungan, industri pertahanan dapat memanfaatkan potensi generasi muda untuk mengembangkan teknologi ramah lingkungan yang mengurangi dampak negatif pencemaran yang merusak warisan masa depan. Sebagai contoh, sistem pertanian berkelanjutan dan teknologi pengelolaan limbah serta polusi. Hal ini memungkinkan kontribusi industri pada pelestarian lingkungan sekaligus meningkatkan ketahanan nasional. Selain itu, di bidang energi terbarukan, generasi muda bisa membantu industri pertahanan mengembangkan sumber energi berkelanjutan seperti energi surya dan angin. Ini dapat mengurangi ketergantungan pada energi fosil serta memperkuat ketahanan nasional. Dalam aspek teknologi tepat guna, industri pertahanan dapat memanfaatkan inovasi dari generasi muda untuk meningkatkan produksi dan kualitas pangan, serta mengurangi limbah. Dengan begitu, industri dapat berperan dalam meningkatkan ketahanan nasional dan kualitas hidup masyarakat.
Sependapat dengan pandangan Ketua Harian Pinhantanas, Bapak Mayjend TNI (Purn) Jan Pieter Ate, bahwa “menumbuhkan pembangunan industri pertahanan dalam negeri sebagai langkah untuk mewujudkan kemandirian nasional dengan melibatkan semua helix. Perlu dilakukan analisis kesenjangan (gap analysis) untuk menentukan program dan rencana aksi yang konkrit. Selanjutnya, roadmap pembangunan industri pertahanan harus mencakup pendekatan yang menyeluruh. Setiap tahap pembangunan harus dievaluasi, dan exit strategy harus disediakan untuk memastikan keberlanjutan proyek. Selain itu, pembinaan dan pengembangan industri pertahanan harus difokuskan pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Swasta (BUMS).
Selain itu, penting untuk meningkatkan profesionalisme TNI sebagai bagian dari upaya penguatan industri pertahanan. Pemerintah juga perlu menunjukkan komitmen terhadap investasi jangka panjang dalam pembangunan industri pertahanan dalam negeri. Salah satu cara untuk mencapai ini adalah dengan mengalokasikan anggaran untuk penelitian dan pengembangan (R&D) industri pertahanan dalam negeri, agar dapat mengadopsi teknologi alat utama sistem senjata (Alutsista) terkini bahkan melakukan lompatan teknologi. Selain itu, pengurangan pembelian Alutsista dari luar negeri dan pengubahan pola belanja Alutsista menjadi investasi harus diwujudkan. Terakhir, perlu ada penyelarasan kebijakan penelitian dan pengembangan (Litbang) domestik dengan kemungkinan kerja sama dengan negara maju dalam pembangunan alutsista, dengan adanya nilai tambah berupa Off-set dan Transfer of Technology (TOT).
Pembangunan industri pertahanan dalam negeri merupakan langkah strategis untuk mencapai kemandirian nasional dan meningkatkan kapasitas serta profesionalisme TNI, terutama dengan memanfaatkan bonus demografi yang ada. Keterlibatan generasi muda dalam sektor ini menciptakan lingkungan inklusif yang mendorong inovasi dan partisipasi aktif. Melalui analisis kesenjangan yang tepat, pengembangan roadmap yang menyeluruh, serta evaluasi berkelanjutan, setiap tahap pembangunan dapat berjalan sesuai rencana dan memberikan dampak positif. Komitmen pemerintah untuk investasi jangka panjang, alokasi anggaran untuk R&D, dan pengurangan ketergantungan pada alutsista impor akan memperkuat adopsi teknologi terkini. Sinergi antara pemerintah, BUMN, BUMS, dan generasi muda akan menciptakan ekosistem yang berkelanjutan dan berkontribusi pada ketahanan pangan serta kesejahteraan masyarakat, membangun masa depan yang lebih aman dan berkelanjutan bagi Indonesia. Selain itu, melibatkan generasi muda dalam isu-isu geopolitik tidak hanya membangun ketahanan nasional melalui industri pertahanan, tetapi juga mendorong partisipasi dalam pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) yang berfokus pada ketahanan pangan. Dengan memberikan akses terbuka bagi pemikiran-pemikiran segar untuk terlibat dalam sektor strategis, kita tidak hanya memperkuat kemampuan militer, tetapi juga mengedepankan pendekatan non-militer yang lebih holistik dan berkelanjutan untuk ketahanan nasional.
Oleh Troy Aldi Pratama (Sekretaris Jenderal IP-KI)